Berita Hoaks Pilpres 2024 Meresahkan, Cari Informasi Lengkap

Beragam berita hoaks Pilpres 2024 pasti sudah banyak Anda temui. Memang tiap hajat besar seperti ini, tidak luput dari hoaks yang bertebaran untuk menjatuhkan masing-masing pasangan calon. Biasanya yang menyebarkannya adalah buzzer.

Budi Arie Setiadi, selaku menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), mengatakan bahwa berita hoaks melesat tajam jelang pemilihan umum presiden tahun 2024. Para buzzer sudah mengagendakan ini jauh-jauh hari.

Jika melihat dari data yang dimiliki oleh Kominfo, sejak Januari hingga 26 Oktober 2023, setidaknya sudah ada berita hoaks Pilpres 2024 sebanyak 98 konten. Jadi, bijak-bijaklah dalam mencari informasi dan jangan termakan berita salah.

Waspada Adu Domba Dari Berita Hoaks Pilpres 2024

Menteri Kominfo, yaitu Budi mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2022, hanya terdapat 10 konten berita hoaks Pilpres tahun 2024. Akan tetapi, setelah mendekati hari H, dari Januari hingga Oktober 2023 sudah mulai bertambah banyak hingga 98 konten.

Tercatat pada data Kominfo bahwa pada bulan Juli, keluarlah 14 konten hoaks dengan skala yang cukup parah jelang Pilpres 2024. Kemudian satu bulan kemudian, tepatnya Agustus 2023 naik pesat hingga 18 konten.

Pada bulan September sebenarnya sempat mengalami penurunan, hanya ditemukan 13 konten saja. Namun, pada bulan Oktober 2023 kembali naik hingga ditemukan 21 konten hoaks.

Tiap bulan memang memiliki kenaikan yang cukup signifikan, dan juga terlihat fluktuatif. Fenomena seperti ini memang sangat mengkhawatirkan.

Menteri Kominfo mengatakan bahwa berita hoaks Pilpres 2024 yang tersebar di berbagai media internet bisa menjadi kekhawatiran banyak pihak.

Khususnya akan menimbulkan penurunan kualitas demokrasi di negeri ini, serta bisa memecah belah persatuan bangsa karena perbedaan pendapat, akibat adu domba dari informasi hoaks.

Seperti pada beberapa Minggu lalu yang terdapat hoaks bahwa Pak Prabowo gagal mencalonkan diri sebagai Presiden karena MK kabulkan batasan usia pencalonan.

Lalu, ada kabar hoaks lagi, di mana Pak Ganjar sengaja mencalonkan diri sebagai presiden karena ingin mencekal Pak Anies.

Budi Erie juga mengatakan kekhawatirannya mengenai teknologi AI yang bisa mengadu domba masyarakat. Sebab, AI bisa mengedit video, wajah, suara, dan gerak-gerik seperti orang aslinya. Jika tersebut tersebar, bisa menjadi media adu domba.

Untuk saat ini, masyarakat memang perlu bijak dalam mencari informasi dan bermedia sosial agar tidak kena hoaks berita.

Presiden Jokowi Kena Deepfake Video, Bentuk Hoaks Terbaru

Belum lama ini, video yang berisi Presiden Jokowi berpidato dengan bahasa Mandarin secara fasih, tersebar di media sosial.

Dari video tersebut, dibuatlah narasi yang menyesatkan hingga menimbulkan berita hoaks Pilpres 2024. Presiden Joko Widodo memang sudah sering menjadi korban kekejaman berita palsu.

Meski masa jabatan hampir habis, tapi setelah Gibran dicalonkan sebagai Cawapres, berita hoaks kepada sang presiden tetap ada.

Direktur Jenderal Aplikasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, yaitu Samuel A Pangerapan menegaskan bahwa video tersebut adalah editan yang sangat menyesatkan. Kominfo memberitahu bagaimana proses pembuatannya.

Samuel mengungkapkan bahwa video tersebut memang identik dengan penyuntingan dari segi visualnya. Editannya menggunakan teknologi Artificial Intellegence (AI), fitur deepfake.

Video yang diedit tersebut aslinya adalah saat Jokowi melakukan pidatonya di Ajang Gala saat berada di US Chamber of Commerce, US-ASEAN Business Council pada Oktober 2015.

Presiden Joko Widodo tidak menggunakan bahasa Mandarin saat berpidato waktu itu. Namun, beliau menggunakan teks bahasa Inggris. Anda bisa mudah menemukan video aslinya di internet.

Samuel juga terus menghimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati ketika menerima informasi yang kemungkinan bisa dimanipulasi. Dan jangan pula disebarkan ke internet karena bisa menjadi perpecahan.

Kominfo Mengawasi Adanya Deepfake Penyebar Berita Hoaks Pilpres 2024

Fakta menyebutkan bahwa adanya berita hoaks Pilpres 2024 sering tersebar dengan mudah di media sosial Facebook. Kementerian Informasi dan Komunikasi juga telah mewanti-wanti platform tersebut.

Sudah diprediksi bahwa konten yang dibuat dari teknologi AI, dengan memanipulasi video, suara dan wajah akan bertebaran di media sosial menjelang pemilu 2024.

Usman Kansong, selaku Direktur Jendral Komunikasi dan Informasi Publik mengatakan bahwa ia akan membuat regulasi untuk berbagai platform media sosial seperti Google, Instagram, Twitter (X), hingga Facebook untuk menghapus konten hoaks.

Menurut Usman, konten-konten yang hoaks tersebut tidak akan mudah menyebar ke masyarakat jika platform media sosial memiliki kekhawatiran yang sama akan hal tersebut.

Kominfo juga tidak tinggal diam karena sekarang telah memiliki teknologi Automatic Identification System (AIS). Gunanya untuk mencari konten-konten hoaks, termasuk untuk kategori politik.

Apalagi sekarang konten hoaks sudah sangat canggih karena menggunakan teknologi AI fitur deepfake yang dapat mengubah wajah dan juga suara. Tapi beruntung sekarang ada patroli siber, sehingga konten deepfake bisa ditangani.

Melihat fakta seperti itu, mulai sekarang harus pintar-pintarlah dalam mencari informasi. Jangan sampai Anda disetir oleh berita hoaks Pilpres 2024 yang akan memecah belah persatuan bangsa.